RASA TAKUT :
Hambatan pertama seseorang tidak kreatif karena selalu dibayangi oleh rasa takut gagal, takut salah, takut dimarahi dan rasa takut lainnya.CEPAT
MERASA PUAS :
Kesuksesan, kepandaian, dan kenyamanan pun bisa jadi hambatan. Orang yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu yang baru ataupun menciptakan sesuatu yang baru.RUTINITAS
TINGGI :
Rutinitas merupakan salah satu faktor penghambat bagi seseorang untuk menjadi kreatif. Untuk mengatasi hal tersebut kita perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi "kehausan" kita akan kreativitas, misalnya membaca buku tiap minggu, kemungkinan besar kita bisa menemukan ide brilian yang bisa kita adaptasi atau perbaiki, perluas lingkungan sosial dengan mengikuti perkumpulanperkumpulandiluar pekerjaan.KEMALASAN
MENTAL :
Kemalasan mental merupakan salah satu penghambat untuk berpikir kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan prestasi kerja oleh orang-orangyang tidak malas untuk mengasah otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru ataupun mencoba yang baru.BIROKRASI :
Seringkali karyawan atau pelanggan/rekanan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan keputusan yang lama atau karena proses birokrasi yang terlalu berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan. Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung terdekteksi oleh top managemen karena harusmelewati rantai birokrasi yang panjang. Saat ini banyak organisasi dunia memecah diri menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi parapelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.TERPAKU
PADA MASALAH :
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang menyakitkan.Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar dapat menentukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat dan lebih efektif.STEREOTYPING :
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman kartini, masyarakat menganggap bahwa sudahsewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah saja,tidak perlu pendidikan tinggi dan hanya bertugas untuk melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika danTjut Nyak Dien menerima saja semua pandangan umum yang yang berlaku di masyarakat saatitu, kemungkinan besar Indonesia tidak akan pernah menikmati jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita professional, sepertimendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek dan senimanwanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, dll.REFLEKSI :
Lantas apa yang akan kita lakukan jika kita mengalami hambatan untuk meng -optimalkan kreativitas diri kita sendiri? Tidak perlu panik, kenali hambatannya, atasi dan ambil tindakan untuk mengasah kembali kraetivitas kita. Kreativitas itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau.
Kata kunci : Gagasan-gagasan genius dan ide yang sebaik apapun, jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Oleh karena itu, kreativitas harus dinyatakan dalam tindakan nyata yang inovatif sehingga memberikan manfaat bagi banyak orang.
Sumber : http://rabithah.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar